Batik adalah salah satu kesenian Indonesia yang saat ini menjadi identitas Kota, di Kota Cilegon, 17 Februari 2014 lalu telah launching Batik Khas Cilegon dengan nama “Batik Krakatoa”. Firmansyah sebagai Desainer Batik Krakatoa ini mengatakan “Kita menamakan batik ini Krakatoa yang berarti Krakatau, Siapa yang tidak tahu Gunung Krakatau, yang meletus pada 27 Agustus 1883 lalu, letusan tersebut berdampak sampai Samudera Hindia, Pulau Rodriguez, Sri Lanka barat, hingga ke Australia timur. Nah, saya juga berharap Batik Krakatoa tidak hanya dikenal di Nasional saja, melainkan juga mendunia hingga ke Negara-Negara lain” Katanya.
Batik Krakatoa yang berlokasi di Jalan Teuku Umar, Karanganyar,
Cilegon ini sudah memiliki banyak motif,
yang tentunya diambil dari ciri khas Kota Cilegon dan Banten, Sate bebek
Cibeber, Ani-ani padi, Godong kestela, Masjid Agung Nurul Ikhlas, Trisula, Kue engkak, Gunung Krakatau, Gipang, dan Sate bandeng. “Kami masih banyak motif lokal yang belum
digarap” Ujar Firmansyah.
“Sudah 3x Batik Krakatoa mengikuti
acara-acara pameran di Kota Cilegon yaitu MTQ Provinsi Banten, Wedding Hotel
The Royal Krakatau, dan Hut Kota Cilegon. Respons masyarakat Cilegon terhadap produk
batik Krakatoa cukup positif” Tambahnya.
Dede, wanita asal Cirebon ini adalah
yang melatih cara membatik, ia memberikan bagaimana awalnya dari kain polos
menjadi batik, “Proses pembuatan batik Krakatoa tidak terlalu sulit, diawali
dengan menyediakan kain putih, kalau batik tulis (harus dipola dulu),
pewarnaan, diblok, direbus agar lepas pemblokan tadi, dan jadi” Ujar wanita 33
tahun ini. Ia sangat bangga Cilegon memiliki batik dengan desain-desain yang
diambil dari kuliner ataupun ciri khas cilegon lainnya, dengan adanya Batik
Krakatoa ini juga masyarakat bisa berkarya, dan saya berharap masyarakat bangga
dengan produk-produk lokal seperti ini.
Bahan yang dipakai saat ini berasal
dari jawa. Untuk proses batik cetak lebih cepat, jika batik polos, bahan 2
meter dalam sehari bisa menghasil kan 20 potong, kalau batik pola dalam sehari
hanya menghasilkan 10 potong. “Kualitas batik lebih bagus tangan dibanding
cetak” Ujar atang yang sedang mencetak desain batik Masjid Agung Cilegon.