Kota
Cilegon terletak di propinsi Banten. Kata Cilegon berasal dari kata “Ci” atau
“Cai” yang artinya air dan kata “Legon” yang artinya lengkungan. Cilegon bisa
diartikan sebagai kubangan air atau rawa-rawa. Hal ini sesuai dengan banyaknya
nama tempat di Cilegon yang menggunakan nama Kubang dan Rawa seperti Kubang
Sepat, Kubang Menyawak, Kubang Lesung, Rawa Arum dan lain-lain. Desa Rawa Arum
terletak di Kecamatan Grogol. Nama desa tersebut berasal dari sebuah nama situ,
yaitu Situ Rawa Arum.
Situ Rawa Arum terletak di
Lingkungan Tegalwangi, Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol tampak
terbengkalai. Dimana, kawasan yang sebelumnya direncanakan sebagai lokasi
wisata miniatur Ancol bagi warga Cilegon itu dipenuhi dengan bunga teratai dan
eceng gondok. Situ Rawa Arum yang memiliki luas sekitar 12 hektare dengan
panorama pegunungan yang indah dan lalu lalang kendaraan roda empat di tol
Cilegon-Merak berubah menjadi seperti rawa tidak terurus. Genangan air di atas
permukaan tanah yang terbentuk secara alamiah itu, kini sebagian tertutup oleh
tanaman mengapung seperti teratai dan eceng gondok.
Asal
mula terbentuknya Situ Rawa Arum berawal saat meletusnya Gunung Krakatau pada
tahun 1883. Situ Rawa Arum terbentuk akibat dari proses alam. Letusan Gunung
Krakatau yang sangat dahsyat mengakibatkan tsunami yang begitu besar. Tsunami
tersebut menenggelamkan beberapa wilayah yang sekarang lebih dikenal dengan
nama Selat Sunda dan menenggelamkan sebuah desa. Ada sebuah desa yang dipimpin
oleh seorang Ki Ageng yaitu Ki Ageng Ireng yang masih berkerabat dekat dengan
Sultan Palembang.
Singkat
cerita, setelah sekian lama banjir yang menenggelamkan pesisir Selat Sunda
telah surut, namun sebuah desa masih digenangi air. Akhirnya desa tersebut
menjadi sebuah rawa yang banyak ditumbuhi bunga teratai yang berbunga putih dan
menebarkan bau yang sangat harum. Karena rawa tersebut mengeluarkan bau yang
begitu harum, maka dari itu Ki Ageng Ireng menyebutnya dengan nama Telaga Arum
yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Rawa Arum.