Ada yang membuat menarik ketika beberapa kali
saya berkunjung ke Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B). Disana
ada masjid yang bernama Masjid Raya Al-Bantani, masjid ini merupakan masjid
Raya terbesar dan termegah di Provinsi Banten. Masjid ini menjadi tempat ibadah
secara berjamaah, juga dijadikan pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Masjid
Raya Al-Bantani terletak di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B)
di Jln. KP3B – Palima, Kecamatan Curug, Kota Serang, Provinsi Banten.
Masjid ini memiliki luas sekitar 14.000 m2,
diatas tanah seluas 2,8 hektar, terdiri dua lantai, lantai satu, digunakan
keperluan shalat dengan kapasitas tampung 10.000 jamaah, lantai dasar
(basement) akan dijadikan sebagai pusat kajian Islam yang terdiri dari dua
gedung serbaguna, satu auditorium, dan satu perpustakaan, sekretariat masjid,
tempat wudhu dan ruangan untuk keperluan lain.
Pada bagian bangunan juga disiapkan ruang
setengah lantai (mezanin) yang difungsikan sebagai tempat jamaah wanita, tempat
wudu dan penyimpanan prasarana masjid. Sementara empat menara setinggi 46 meter
juga dibangun sebagai simbol masjid serta keperluan untuk melihat pemandangan
serta difungsikan untuk sarana air bersih.
Fasilitas lain juga disiapkan dalam rangka
aksebilitas penyandang cacat, di beberapa bagian lantai bangunan dan pintu
masuk dibuat dengan ciri-ciri khusus dan sengaja didesain agar diketahui, digunakan
dengan mudah oleh para tunanetra dan penyandang cacat lainnya. “Biaya
operasional masjid tersebut mencapai Rp 800 juta setiap tahun yakni biaya
listrik, penjaga keamanan, pengurus taman, pesuruh dan biaya operasional
lainnya” kata pengurus masjid.
Pembangunan masjid ini dimulai Januari 2008
dan diresmikan Gubernur Banten Ratu Atut Choosiyah pada Oktober 2010 lalu.
Bersamaan dengan peresmian masjid, Gubernur Banten juga meresmikan peluncuran
30 ribu Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani. Pembagunan masjid termegah ini
menghabiskan dana senilai Rp 94,3 miliar.
Bantani adalah nama Banten dalam Bahasa Arab.
Ulama ulama Banten di Saudi selalu menggunakan nama Al-Bantani sebagai nama
belakang, seperti pada nama Ulama seorang ulama Banten yang pernah menjadi Imam
Masjidil Haram, Imam Nawawi Al-Bantani. Nama ini sekaligus penghormatan kepada
beliau.